Cerita Mahasiswa
Cahaya Semangat
Ini
kisah saya melawan sakit hipertensi.
Sejak lahir
saya tidak ada riwayat sakit hipertensi. Apalagi dari keluarga, satupun tidak
ada yang mengalami sakit itu. Semuanya mampu menjaga pola makan dengan makanan
yang sehat.
Tapi tidak
untuk saya. Saya yang salah pergaulan dan lingkungan gagal dalam mengatur pola
makan yang baik. Sehingga saya dipertemukan dengan penyakit hipertensi ini.
Saya mahasiswa
di sebuah universitas di Yogyakarta. Kegiatan kampus yang padat memaksa diri
saya untuk berpacu menyelesaikan tugas demi tugas. Kadang saya rela begadang
agar bisa mengerjakan tugas dosen itu.
Cangkir-cangkir
kopi dan rokok sudah menjadi makanan saya setiap malam. Kafein dan nikotin yang
tinggi seolah sudah menjadi teman setia saya dalam mengerjakan tugas. Ditambah
semangkuk mie instan rebus yang hangat makin menambah daya semangat saya dalam
belajar. Apalagi tambahan garam menjadikan malam saya saat itu menjadi damai
dan seolah menjadi malam terbaik saya.
Ohya, tidak
lupa juga telur ayam yang mampu menambah nafsu makan. Khususnya bagian kuning,
saya suka sekali. Saya merebusnya dengan jumlah tiga butir. Begitu luar
biasanya bukan.
Bisa dikatakan
saya irit pengeluaran dalam hal makanan. Saya jarang makan di luar dan lebih
suka masak mie. Dalam kata lain, uang jajan yang diberikan orang tua sebagian
bisa saya tabung untuk kebutuhan mendesak.
Tapi
kebahagiaan saya dengan itu semua harus terbayarkan. Kegilaan saya terhadap
garam, kopi, dan mie instan membawa saya berada dalam penjara hipertensi.
Setiap hari saya hampir selalu sakit kepala. Dalam berjalan, sering kali nyaris
mau jatuh.
Awal ketidak
dayaan saya melawan penyakit hipertensi ketika masih berada di kelas. Kala itu
saya diminta dosen untuk menyalakan proyektor. Saat saya menginjak kursi
sebagai tumpuan saya dalam menekan tombol proyektor yang ada di langit-langit
ruangan, saya terjatuh karena goyangnya tubuh saya yang semakin tak terkendali.
Segera saya
dilarikan ke ruang kesehatan kampus dengan digotong beberapa teman-teman saya.
Saya dibaringkan ke atas tempat tidur dan petugas kesehatan langsung mengambil
peralatan darurat. Ketika saya ditensi, betapa terkejutnya dengan hasilnya.
Tensi saya berada diangka 190/125! Melebihi batas normal yang mestinya 140/90!
Saya
benar-benar syok dengan apa yang saya alami. Semua teman dan dosen saya hanya
bisa diam. Saya yang dikenal rajin belajar dan jarang sakit ini harus menderita
penyakit hipertensi. Orangtua yang mendapat kabar dari teman dekat saya sangat
terkejut dan tanpa pikir panjang langsung menuju kampus. Untungnya mereka
berada di Semarang tapi terpaksa membatalkan janji bertemu dengan rekan kerja.
Setelah
orangtua saya datang, mereka langsung membawa saya ke rumah sakit. Sebab
orangtua saya tidak mau anaknya berlama-lama dengan sakit. Tapi ketegangan
pikiran saya terhadap ujian akhir semester yang tak lama lagi dilaksanakan
makin meningkatkan angka tensi.
Berhari-hari
saya berada di rumah sakit. Selalu saya hanya bisa berada di atas tempat tidur.
Dicoba untuk sekadar berdiri tak ada daya.
Obat tekanan
yang diberikan dokter masih tak mampu menurunkan penyakit hipertensi saya. Pola
makan yang sehatpun sudah saya konsumsi sejak berada di rumah sakit. Tapi
angkanya masih kunjung tinggi.
Saya bingung
harus berbuat apa. Tabungan sayapun hampir habis karena ekonomi orangtua
menjadi terganggu karena penyakit saya. Saya jadi menyesal sebab saya tidak
bisa mewarisi hidup sehat keluarga.
Ditengah
kekalutan hati saya yang berpikir hidup saya tinggal diujung tanduk, pacar saya
datang menjenguk saya. Kami yang berpacaran semenjak SMA tapi harus terpisah
tempat kuliah yang berbeda pulau tapi tidak menghentikan hubungan. Pacar saya
terkejut mendapat kabar ini dari ayah saya. Selepas ia ujian, berangkatlah ia
menemui saya.
Dia yang
begitu prihatin dengan saya berusaha menghibur dan menemani saya. Setidaknya
dengan kehadirannya membantu menenangkan hati dan pikiran saya. Sekaligus juga
mampu membantu menurunkan angka tensi yang tinggi.
Selain itu
juga, dia mencoba browsing mencarikan obat herbal pendamping obat
dokter. Tak lama ia menemukan obat itu dan berbentuk kapsul. D'Bastro
namanya, harganya terjangkau cuma 160 ribu dan berisikan 60 kapsul.
Dibelinya obat
herbal itu dari uang pribadinya. Tiga hari menunggu kiriman obatnya, kini
mendarat mulus dalam genggaman saya. Awalnya saya tidak mau karena saya
menyadari hidup saya tidak lama lagi. Minum obatpun tetap saja. Namun kasih
sayangnya yang begitu tulus meluluhkan hati ini dan menerima perhatiannya.
Dia membacakan
tata cara konsumsi obat herbal D'Bastro ini. Obat ini diminum sekali
sehari. Bisa satu jam sebelum makan, atau dua jam sesudah makan, atau juga bisa
dua jam sesudah obat dokter.
Seminggu saya
mengkonsumsi obat herbal D'Bastro ini nampak perubahan yang signifikan
dalam angka tensi saya. Perlahan tapi pasti, tensi saya mulai turun dan
mendekati batas normal. Pacar saya yang mengetahui ini sangat senang bahwa
pencariannya menemukan obat herbal yang terbaik tak sia-sia.
Sayapun heran
terhadap D'Bastro ini. Racikan herbal apa yang membuat obat ini menjadi
ampuh. Kemudian pacar saya memberitahukan komposisi herbalnya.
Rupanya, D'Bastro
memiliki ekstrak biji Nigella sativa (Jinten hitam) 200 mg, ekstrak Herba
Centella asiatica (Pegagan) 175 mg, ekstrak daun Syzygium polyanthum (daun
Salam) 75 mg, ekstrak biji Vitis vinifera (anggur merah) 80 mg, dan ekstrak
Rimpang Curcuma zedoaria (temu putih) 50 mg. Saya yang suka dengan
tumbuh-tumbuhan merasa kagum dibuatnya karena begitu luar biasa! Apalagi tidak
ada efek samping jika mengkonsumsi obat ini. Tidak hanya membantu mengobati
sakit hipertensi saja, dapat juga membantu mengobati sakit jantung, stroke,
kolesterol, meningkatkan daya tubuh, melancarkan peredaran darah, dan masih
banyak lagi.
Sebulan
mengkonsumsi D'Bastro saya mulai kuliah. Walau masih perlu banyak
istirahat, tapi saya merasa jauh lebih baik melebihi sebelum sakit. Apalagi
pacar saya yang selalu mengingatkan saya dalam pola hidup sehat dan
mengkonsumsi D'Bastro menjadi faktor semangat hidup saya.
Kini sudah dua
bulan saya mengkonsumsi D'Bastro. Tekanan darah saya makin stabil bahkan
sering kali di bawah garis batas normal. Terima kasih pacar saya dan tentu saja
D'Bastro. Tanpa kalian saya tidak mungkin ada disini.
Saya selalu
membawa obat D'Bastro ini. Selain untuk konsumsi pribadi, juga sebagai
obat herbal yang saya rekomendasikan kepada orang-orang terdekat saya. Sayapun
bisa sembuh, kenapa Anda tidak. Sehat itu mahal sob, jadi jangan dibikin sakit
ya. Terima kasih sudah membaca kisah sederhana saya ini, semoga setelah membaca
kisah ini Anda menjadi termotivasi dan banyak pelajaran yang dapat Anda petik.
Nd: Bagi yang
berminat memesan obat ini, silahkan kunjungi link